Langsung ke konten utama

DATANGNYA GELOMBANG CORONA YANG KEDUA DI INDONESIA!

Info Terupdate - Luhut Binsar Panjaitan, seperti sejumlah pejabat lain, kini menjadi juru bicara narasi yang diketengahkan pemerintah: pelonggaran pembatasan wilayah. Kamis lalu (14/5), Menteri Koordinator Maritim dan Investasi itu mengumbar kalimat bernada optimistis.

Menurutnya, tren kasus COVID-19 di Indonesia mulai turun. Dan, pemerintah sudah menyiapkan “tahapan selanjutnya” atas penanganan pandemi virus corona.Pokeronline

“Kami juga sudah mulai merencanakan untuk melonggarkan di beberapa tempat. Mungkin Bali, Manado, Yogyakarta, atau Batam, Bintan, yang kasusnya sangat kecil,” kata Luhut di sela seremoni penyerahan bantuan sebuah perusahaan di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana.Pokeronline

Berdasarkan data Gugus Tugas COVID-19, Bali, Manado, dan Yogyakarta memang termasuk daerah dengan kasus infeksi corona yang rendah. Penularan hariannya juga tampak menurun beberapa hari terakhir. Saking kecilnya, ketiga daerah itu bahkan tidak menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Di luar pernyataan Luhut, wacana relaksasi pembatasan di sejumlah daerah terus berembus sepanjang pekan ini. Beberapa waktu lalu, sempat beredar salinan rancangan rencana Kemenko Perekonomian bertajuk “Road Map Ekonomi-Kesehatan Keluar COVID-19”.Pokeronline

Skenario pemulihan kegiatan ekonomi itu juga diikuti rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dokumen yang disusun Raden Pardede, anggota Tim Asistensi Menko Perekonomian, memuat lima fase pemulihan ekonomi yang dimulai pada awal kuartal ketiga 2020.

Dalam dokumen tersebut, pemerintah akan membuka secara bertahap aktivitas industri, perdagangan, kebudayaan, hingga pariwisata dalam jangka waktu Juni-Juli 2020. Kini, sejumlah daerah juga mulai menyuarakan rencana relaksasi PSBB.Pokeronline

Selasa (12/5), misalnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan PSBB di lebih dari separuh wilayahnya berpotensi dilonggarkan. Meski tak menyebut daerah mana yang dimaksud, menurut pria yang akrab disapa Emil ini, relaksasi dimungkinkan setelah suatu wilayah nol peningkatan kasus COVID-19.

Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, juga menyinggung rencana relaksasi bertahap di Banten, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat, dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat, Selasa (12/5). Keempat daerah, menurutnya, mulai menunjukkan tren penurunan penularan COVID-19.Pokeronline

Tapi klaim itu tidak lantas bisa menjadi dasar pemerintah merelaksasi pembatasan mobilitas di daerah. Menurut Hermawan Saputra, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, pelonggaran masih terlalu prematur untuk saat ini.

“Itu (rencana relaksasi) kan motif ekonomi, jadi tidak ada motif yang lain,” kata Hermawan.  
Sejumlah epidemiolog mengkhawatirkan pelonggaran malah berpotensi memunculkan gelombang kedua serangan COVID-19. Ancaman itu sebenarnya sudah diinsyafi pemerintah.

Awal Mei lalu, Presiden Jokowi sudah menyinggung ancaman gelombang kedua infeksi corona. Kala itu, Jokowi menyoroti sejumlah klaster potensial, yakni klaster repatriasi pekerja migran, klaster jamaah tabligh di Gowa, klaster pemudik, dan klaster kasus di industri.Pokeronline

Di tingkat global, ancaman gelombang kedua juga menjadi kekhawatiran. Singapura disebut tengah menghadapinya setelah terjadi lonjakan kasus baru dari klaster asrama pekerja migran akhir April lalu.Di Eropa, menurut situs Politico, kemunculan gelombang kedua terjadi setelah pelonggaran karantina wilayah yang dilakukan di sejumlah negara. Jerman, sebagai contoh, langsung mencetak angka kasus positif dengan tingkat penularan virus di atas satu. Artinya, satu orang yang terinfeksi dapat menularkan ke lebih dari satu orang.

Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperingatkan ancaman munculnya gelombang pada musim dingin. Dampaknya diperkirakan lebih parah dibanding serangan COVID-19 gelombang pertama.Pokeronline

Hermawan Saputra menjelaskan, gelombang kedua biasanya disebabkan tidak serentaknya kejadian COVID-19 di setiap daerah. Alhasil, ada daerah yang kasusnya sudah mulai turun, tapi ada yang justru baru naik.

“Bisa antarprovinsi atau antardaerah. Jadi ketidaksamaan waktu itu menyebabkan yang satu sudah selesai, yang satu baru dimulai,”

Faktor utama kemunculan gelombang kedua, lanjutnya, adalah pergerakan orang. Itu sebabnya, Hermawan khawatir bila PSBB dilonggarkan.Pokeronline

Bukan tidak mungkin, relaksasi akan menyebabkan orang yang membawa penyakit bisa masuk ke daerah yang kasusnya sudah mulai turun. Bila muncul klaster baru, angka kasus di daerah yang mulai turun akan kembali meningkat.

“Itu memang yang menjadi tantangan, dari awal saya bahkan sering bicara agar pemerintah lebih disiplin dan serentak dalam penegakan PSBB,” ucap Hermawan. 
Jokowi sudah menekankan relaksasi pembatasan harus dilakukan secara berhati-hati. “Jangan sampai kita keliru memutuskan,” kata dia.

Masalahnya, tingkat keterandalan data pemerintah untuk mengevaluasi penularan COVID-19 belum memadai. Hal ini tak lepas dari rendahnya jumlah tes berbasis polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM) di Indonesia.Pokeronline

Sebagai pembanding, di Malaysia jumlah tes mencapai 7:1000 orang. Korea Selatan punya perbandingan tes 12:1000 orang. Sementara di Indonesia, rasionya bahkan tidak mencapai 1:1000 orang.

Jumlah tes di Indonesia, berdasarkan data Gugus Tugas COVID-19 per Sabtu (16/5), mencapai 182.818. Angka tersebut dihitung sejak 1 April, setelah Presiden Jokowi memerintahkan jumlah tes diumumkan secara terbuka ke publik.

Bila data tersebut dirata-rata, bisa disimpulkan kapasitas laboratorium di Indonesia hanya mampu melakukan 3.900-an uji spesimen per hari. Padahal, Jokowi meminta pemeriksaan digenjot menjadi 10 ribu per hari.Pokeronline

Komentar